Thursday, May 17, 2012

STUDY CASE MARKETING MANAGEMENT - Samsung Electronics Company

Tulisan di bawah ini merupakan kajian studi kasus seri manajemen marketing saat saya kuliah di Program Pascasarjana Program Magister Manajemen Universitas Mercubuana Jakarta


Question for Study Case discussion:
1. What are the ingredients of SEC’s corporate turnaround strategy? What are the implications for marketing mix policies?
2. How strong is the Samsung brand? Can Samsung pass Sony and become a top ten global brand?
3. As Chief Marketing Officer, what are Kim’s role and responsibilities?
4. What does Samsung (and Kim) have to do to become one of the top ten brands in the world

Answer

What are the ingredients of SEC’s corporate turnaround strategy? What are the implications for marketing mix policies? 
Persaingan dalam dunia usaha saat ini menuntut semua pelaku usaha untuk menerapkan strategi yang terbaik agar produk yang dihasilkan dapat survive di pasar. Begitu juga dengan Samsung Electronic Corporate yang melakukan beberapa strategi untuk masuk dan bersaing di pasar global. Berdasarkan kategori dalam bidang electronic, Samsung Electronic Corporate (SEC) melakukan beberapa strategi yang dipandang dapat memenangkan persaingan di pasar global yaitu dengan:
A. Vertical Integration
“If we get out of manufacturing, we will lose. Everyone can get the same technology now. But that doesn’t mean they can make an advanced product.” (Jun Yong Jong. 1997 Vice Chairman).
Tidak seperti perusahaan lain yang memilih untuk outsource mereka melalui proses manufaktur, Samsung Electronic Corporate tetap berkomitmen pada kompetensi yaitu manufaktur.

Selama tahun 1998 – 2003, Samsung Electronic Corporate berinvestasi sebesar $19 miliar di pabrik chip baru dan $17 Miliar pada Juni 2003 untuk fasilitas manufaktur pada TFT-LCD selama 10 tahun. Namun, yang menjadi fokus proses manufaktur tidak membuat Samsung sebagai perusahaan kaku. Untuk menanggulangi rantai suplai permintaan, Samsung Electronic Corporate tetap fleksibel dengan membangun 12 pabrik di Cina selama tahun 2003 dan mendirikan fasilitas R & D di India.
Berikut data hasil penjualan produk Samsung per region
  
Samsung sangat cerdik untuk mencegah komoditas supaya tidak terjebak dengan mengkombinasikan produksi sebanyak mungkin. Sebagai contoh, sebagian dari memori chip yang diproduksi adalah special order untuk Dell, Microsoft bahkan Nokia. Sebagai hasilnya, harga  rata-rata Samsung adalah 17% diatas level industri. Begitu pula pada pasar telepon seluler.

B. Hardware Focus 
Pada pasar ponsel, Samsung memutuskan tidak secara khusus untuk mengembangkan perangkat lunak dan konten seperti musik, film dan video game, tidak seperti para saingannya Apple, Sony, dll. Samsung cenderung berfokus pada perangkat keras dan perangkat lunak dan bekerja sama dengan penyedia konten pada saat yang tepat. Pendekatan semacam ini diakui oleh Samsung sebagai “Open Architecture” di mana pelanggan dapat mengakses lebih banyak perangkat lunak melalui perangkat dibandingkan dengan kompetitor produk.

Alasan lain mengapa Samsung memusatkan perhatian pada hardware saja (dan saya percaya bahwa ini akan menjadi alasan paling masuk akal) adalah mereka yang ingin melindungi hak milik konten dari pembajakan. Kita lihat, sekali mereka mengembangkan perangkat lunak, langsung dibajak.

C. Product Breadth  
Diversifikasi produk-produk Samsung membedakan mereka dari pesaing-pesaingnya yang lebih berfokus pada satu kategori produk. Contohnya Nokia lebih khusus pada handphone dan merupakan pemimpin pasar di seluruh dunia. Sony berfokus pada barang-barang elektronik dan Intel berfokus pada produksi chip. Sebaliknya, Samsung lebih menjangkau seluruh kategori produk.

Samsung merupakan manufaktur global nomor satu dalam DRAM, SRAM, RAM dan NAND flash chips. Samsung mengontrol lebih dari setengah pasar NAND dan mendekati intel dalam pendapatan flash chip.

Di zaman telekomunikasi, Samsung adalah provider terdepan dalam teknologi telpon digital CDMA dan layar LCD yang tipis untuk komputer, telpon seluler dan televisi.

Di industri telepon seluler tahun ini, Samsung berada pada peringkat nomor 3 (tiga) dan mendekati Motorola yang menempati peringkat 2 (dua).

Samsung telah menjadi leader dalam televisi LCD karena kemampuan Samsung dalam memasarkan produknya secara masal dengan harga yang rendah. Pada tahun 2003, Samsung melakukan joint venture dengan Sony untuk memproduksi LCD untuk menghindari extra capital outlays. Samsung juga berinovasi dengan menciptakan televisi LCD 57-inch yang sebelumnya tidak tersentuh oleh teknologi ini.

D. Inovation
Dengan memiliki 17.000 orang ilmuwan, insinyur dan desainer, Samsung tidak akan mendapat masalah dengan hal inovasi. Samsung sangat cepat dalam proses pengambilan keputusan inovasi produk hingga diluncurkan ke pasar dan hanya membutuhkan waktu lima bulan.

Samsung sangat gemar dalam melakukan inovasi, salah satu inovasi lainnya yaitu dengan melakukan perubahan dari teknologi analog ke teknologi digital. Dengan memfokuskan untuk berinvestasi di produk teknologi digital, Samsung memposisikan produk-produknya sebagai produk premium, dikarenakan teknologi digital pada saat itu termasuk inovasi terbaru dan masih fresh, maka Samsung menerapkan “Sashimi Theory” yaitu menjual dengan harga tinggi pada hari pertama peluncuran produk disaat masih fresh, namun menurunkan harganya secara dramatis setelahnya.

Tim pemasaran Samsung mengajukan tiga pernyataan bahwa setiap produk harus memiliki “Wow”, “Simple dan “Inclusive”.

Produk harus “Wow” dalam artian bahwa produk itu harus pertama kali diluncurkan dengan teknologi yang sempurna, produk harus “Simple” dan “Inclusive” dalam hal kemudahan penggunaan dan aksesibilitas, ketersediaan dan keterjangkauan dari produk Samsung kepada konsumen.

Dampak dari kencarnya inovasi yang dilakukan, Samsung Electronic Corporate memperoleh penghargaan 46 International Costumer Electronic Satisfaction (SEC) pada tahun 2009 dalam penghargaan Desain Inovasi dan Rekayasa dan 38 International Costumer Electronic Satisfaction (SEC) pada tahun 2008 dalam kategori produk personal mobile broadband base station, eight cellular phones, four Bluetooth[R] Headsets, four HDTVs, a HD camcorder, two monitors, one large format display, two laser printers, an ultra-Mobile PC and a French door refrigerator di Las Vegas.

E. Marketing Team
Samsung memiliki tim pemasaran yang bernama Tim Global Marketing. Tim itu dibagi menjadi tiga lapisan, antara lain Marketing Strategy team, Regional Strategy team dan Product Strategy team.

Marketing Strategy Team bertugas untuk mengembangkan strategi pemasaran global, yaitu mengembangkan strategi pemasaran internasional. Kegiatan tim pemasaran ini memfokuskan bahwa perusahaan ingin menyampaikan dan harus ditampilkan dalam setiap kegiatan promosi internasional. Seperti menjadi sponsor event olah raga tingkat internasional (Olympiade, world cup, euro cup dll).

Regional Strategy team bertugas untuk melanjutkan tugas dari tim Pemasaran Strategi ketingkat regional. Kesuksesan di Amerika Serikat tidak berarti bahwa akan menuai sukses yang sama ketika diimplementasikan di Jepang. Tim ini harus mengembangkan strategi dalam istilah daerah demografis.

Product Strategy team bertugas melakukan riset pasar, mengumpulkan informasi dan menganalisis informasi tentang kompetitor.

Implikasinya dengan Marketing:
Samsung melakukan segmentasi pasar pada kelas menengah dan kelas atas serta memposisikan produknya sebagai produk premium dengan tujuan untuk menggapai target di semua lini produk elektronik dengan target konsumen menengah ke atas. Karena produknya termasuk produk dengan harga tinggi dan teknologi digital yang terbilang baru, maka harganya termasuk tinggi dan hanya bisa memasuki pasar menengah ke atas.

Samsung juga berani berinvestasi dalam manufaktur dengan tujuan supaya tidak bergantung kepada supplier lain. Sehingga dalam bentuk produk dapat menguasai pasar dan bersaing dalam keunggulan kemajuan teknologi khususnya teknologi digital.

Dari segi harga, Samsung memposisikan harganya sebagai Premium Product yang menggaet konsumen kalangan menengah keatas. Samsung juga melakukan strategi dengan melakukan diferensiasi produk, tidak terfokus oleh satu kategori saja, sehingga dalam salah satu produknya yaitu chip memori, dapat menguasai pasar karena menjadi supplier dari beberapa perusahaan elektronik lainnya.

Kesimpulannya, untuk mengembangkan pasar maka perlu untuk mempertahankan brandnya dan menjual barang (tentunya dimanufaktur sendiri) produk inovatif digitalnya dengan brandnya sendiri. Untuk mengembangkan brandnya  tersebut, perlu dilakukan  strategi marketing.

2. How strong is the Samsung brand? Can Samsung pass Sony and become a top ten global brand?

Dalam lini-lini yang dimasuki oleh Samsung, selalu memperoleh peringkat 3 besar. Namun dari semua peringkat 1 yaitu Big Screen TV, LCD Display, DRAM Chips, dan Microwave Ovens. Produk Samsung unggul di beberapa kategori namun tidak memfokuskan kehandalan brandnya di satu produk lini melainkan merata diberbagai kategori, sehingga  walalupun  menguasai market share namun tidak terlalu mencolok seperti Nokia di cell phones category.
  
Sony lebih unggul dari brand karena sudah berkecimpung 20 tahun lebih awal. Namun walaupun begitu, Samsung masih memiliki peluang untuk meningkatkan brandnya lebih maju dari sebelumnya. Brand Samsung menjadi lebih mudah dikenal karena produknya terdapat pada berbagai macam kategori produk elektronik. Namun tidak terfokus seperti Nokia yang brandnya mudah diingat karena produknya difokuskan pada kategori Cell phones saja.

Setelah perubahan strategi marketing oleh Eric Kim, terlihat bahwa Kim benar-benar memfokuskan kepada Marketing untuk meningkatkan brand secara besar-besaran kepasar global. Maka dari itu terlihat bahwa dengan perbedaan yang ada antara Samsung dan Sony, maka dapat disimpulkan bahwa masih ada peluang bagi Samsung untuk meningkatkan brandnya untuk mengalahkan Sony. Pada kenyataannya brand Samsung tidak dapat masuk ke top ten global brand.
 

Jika dilihat dari gambar yang bersumber dari majalah Business Week ini, terlihat bahwa Samsung berhasil mengalahkan Sony dalam hal global brand dengan menempati peringkat 21 sementara Sony menempati peringkat 25. Namun untuk mengalahkan kedigdayaan Sony di bidang elektronik, masih perlu diperhitungkan lagi.

3. As Chief Marketing Officer, what are Kim’s role and responsibilities?     

Pada awal tahun 1990-an, brand Samsung tidak dikenal secara luas di luar Korea Selatan. Samsung hanya menjual produknya ke OEM daripada menjualnya ke customer. Pada saat itu brand message-nya Samsung tidak jelas, biaya pemasarannya dikontrol oleh manajer-manajer produk dan cenderung pengalokasiannya pada promosi harga bellow-the-line yang di desain untuk mengejar penjualan jangka pendek daripada pembangunan brand “above the line” untuk jangka panjang.

Kemudian pada tahun 1999, Yun merekrut General Manager kelahiran Korea yaitu Eric Kim. Eric Kim sebelumnya memiliki pengalaman sebagai CEO dari PILOT SOFTWARE.   

Kim mempunyai peran dan tanggung jawab sebagai berikut:
a.    Membangun brand image di seluruh pasar di 200 negara dan 17 unit Samsung Electronic Corporate product-focused business di seluruh dunia.
b.    Kim menghadapi tantangan didalam internal perusahaan bahwa nilai pemasaran tidak begitu diperhatikan Samsung. Ketika Kim pertama kali datang, ia menyadari bahwa pendidikan tentang marketing sangatlah fundamental dalam melakukan perubahan.
c.    Kim bertanggung jawab agar semua orang diseluruh perusahaan memahami esensi dari brand Samsung sebelum Samsung sendiri dapat dipromosikan ke luar.
Kim memberi pengaruh kapada Samsung dengan cara.
a.  Marketing organization
Kim membentuk Global Marketing Operations (GMO) unit yang didirikan pada tahun 1999 dan berada pada kantor perwakilannya di Seoul. Terdiri dari 90 staff, GMO mengkoordinasikan program-program pemasaran dan bertanggung jawab. Ada tiga tim besar di GMO yaitu The Marketing Strategy team, The Regional Strategy Team dan The Product Strategy Team,masing-masing dengan tanggung jawab yang berbeda.
b.  Allocation of Marketing Resources
GMO merubah bagaimana anggaran pemasarannya dibuat. GMO juga merekomendasikan kepada perwakilan regional dari Samsung Electronic Corporate bagaimana mengalokasikan dana pemasarannya pada tahun 2003. Kim melakukan realokasi budget dengan bantuan sebuah program komputer yaitu M-Net untuk menentukan dimanakah dana tersebut dapat memberikam return yang paling tinggi. Dana sebesar 1 triliun dollar Amerika akan direalokasikan diseluruh dunia dan di seluruh produknya dengan menggunakan bantuan M-Net.
c.  Market Driven Change
Market Driven Change (MDC) membantu para manajer Samsung dalam memandang bahwa pemasaran adalah fungsi bisnis yang penting dibanding hanya dipandang semata melalui aktivitas periklanan dan promosi.
MDC menekankan pada Customer insight akan proses pengembangan produk baru daripada hanya memulai produk-produk yang kompetitif. Samsung mengidentifikasi segmen pelanggan yang bersedia membayar dengan harga lebih tinggi untuk inovasi yang fungsional dan berestetika. Contohnya pada tahun 2001 Samsung meluncurkan folder handset yang pertama kali di dunia. Produk tersebut didesain dan ditargetkan kepada segmen wanita atau fashion. Samsung mampu menjual sebesar $750.000.000 dalam 9 bulan.
Riset MDC menemukan bahwa brand Samsung kurang adanya emosi dan human face. Dengan bantuan FCB, pada tahun 2002, sebuah kampanye brand diluncurkan dan dengan penekanan pada”Digitall-Everyone’s Invited”. Menurut KIM, ini berarti Samsung diposisikan secara unik untuk mencakup komunikasi, hiburan dan informai dengan menggunakan alat-alat digital yang mudah.

4. What does Samsung (and Kim’s) have to do to become one of the top ten brands in the world

Filosofi Samsung adalah "kami mencurahkan sumber daya manusia dan teknologi untuk menciptakan keunggulan produk dan layanan, sehingga memberikan kontribusi ke masyarakat global yang lebih baik ". (www.samsung.com). Filosofi Samsung telah mengadopsi olahraga berbasis strategi dalam membangun brand.

Vice President Samsung, Il Hyung Chang, menyatakan “peran penting dari sponsorship olahraga adalah strategi yang sesuai dengan baik dalam operasi kami di Samsung .... itu merupakan bagian integral dari filosofi perusahaan kami"

Samsung ingin mewujudkan dua tujuan dengan menjadi sponsorship. Tujuan pertama adalah untuk membangun kesadaran brand yang tinggi, terutama dengan menciptakan kesadaran dari para saingan utama uaitu Sony. Efektivitas Samsung sponsor ditunjukkan di Olimpiade ATHENA 2004 yang berdampak positif pada brand awareness, dengan kenaikan dari 57% menjadi 62%. Tujuan yang kedua adalah untuk meningkatkan citra dan sikap terhadap brand-nya diseluruh dunia. Samsung dianggap memiliki komitmen kepada Gerakan Olimpiade yang merupakan unsur utama dalam penentuan posisi dan strategi. Sehingga dapat meningkatkan citra brand Samsung dan posisi pasar.

Olimpiade digunakan Samsung sebagai platform untuk mendemonstrasikan produk baru dan teknologi. Cara yang paling ampuh untuk memperkenalkan produk baru dan teknologi adalah publisitas. Hal ini tidak hanya efektif tetapi juga lebih kredibel.

Kunci sukses usaha tidak tergantung pada kreatif dan sponsor itu sendiri, tetapi juga bergantung pada strategi yang mendukung. Samsung berhasil terintegrasi dengan strategi produk, teknologi dan strategi brand dalam strategi TOP plan. TOP plan Samsung memberikan jalan untuk menjadi brand teratas di dunia. Tanpa mendukung strategi TOP plan, tidak dapat memberikan brand Samsung dengan internal dan kaya makna. Samsung telah berhasil dan memanfaatkan sepenuhnya manfaat Sponsor dan imbalan atas komitmennya untuk Olimpiade dan kegiatan olahraga lainnya.    

No comments:

Post a Comment